Saat menyusuri Jalan Malioboro Jogja yang berujung di Titik Nol Kilometer, kita pasti akan melihat sebuah bangunan besar dan megah bergaya eropa kuno di sebelah kanan jalan. Gedung yang berseberangan dengan Benteng Vredeburg ini adalah Gedung Agung alias Istana Kepresidenan Yogyakarta, salah satu dari enam Istana Kepresidenan yang ada di Indonesia
Setiap hari jalur pedestrian di depan Gedung Agung ini selalu ramai dilewati pejalan kaki atau orang-orang yang memang sengaja duduk menikmati suasana di Titik Nol Kilometer. Saya dan anak-anak juga sering melepas sore di sini sambil jajan bakwan kawi, sesekali kami menatap ke arah Gedung Agung yang sepi. Anak-anak kerap bertanya seperti apa bagian dalamnya? ada siapa saja di situ?
Alhamdulillah semesta mau menjawab pertanyaan anak-anak. Bersama teman-teman dari Komunitas Omah Parenting, kami bertiga bisa mengunjungi Gedung Agung dan melihat ruang demi yang ada di dalam gedung ini. Tapi demi keamanan, beberapa ruangan di dalam gedung Agung tidak dibuka untuk umum. Di ruang-ruang yang terbuka pun kita tidak boleh mengambil foto dan dokumentasi tanpa seijin petugas protokol.
Handphone dan kamera boleh dibawa untuk mendokumentasi bagian luar Gedung Agung, tapi saat di dalam ruangan, diharap kesadaran masing-masing untuk tidak mengambil foto. Sebenarnya saya kemarin sudah gatel banget pingin nyuri-nyuri foto, tapi ingat ada anak-anak di samping saya, kalau saya nyuri-nyuri foto sama saja saya lagi ngajari mereka melanggar aturan. Pencitraan di depan anak itu penting yhaa buibuuuk.. :))
Bhaiiique.. saatnya menyimpan kamera dan lupakan IG Story, fokes pada penjelasan bapak pemandu saja. Rasain deh gak bisa eksis apalagi pamer :p
Sejarah Gedung Agung Yogyakarta
Meski nama resminya adalah Istana Kepresidenan Yogyakarta, masyarakat Jogja biasa menyebut bangunan ini sebagai Gedung Agung. Ada juga yang menyebutnya Residenan, yaitu tempat tinggal Residen.
Tujuan awal gedung ini dibangun pada Mei 1824 memang untuk rumah dinas Residen Belanda ke-18 di Yogyakarta, Anthonie Hendriks Smissaert. Sang Residen menginginkan sebuah kediaman yang sama megahnya dengan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat karena tidak ingin wibawanya terkalahkan, ahelah meneeeer..
Demi mewujudkan ambisinya itu, Smissaert meminta Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Godert Alexander Gerard Phillip Baron van der Capellen (1816-1826), mengirim seorang arsitek berkebangsaan Belgia bernama Antonie Auguste Joseph Payen untuk membangun Gedung Agung. Sebelumnya Payen juga sudah dipercaya membangun Istana Kepresidenan Bogor.
Pembangunan Gedung Agung mengambil konsep bangunan Eropa yang megah tetapi disesuaikan dengan iklim tropis Indonesia. Tapi Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang berlangsung pada tahun 1825-1830 membuat Pemerintah Hindia Belanda mengalami kebangkrutan dan pembangunan Gedung Agung dihentikan sementara.
Setelah Perang Diponegoro berakhir, pembangunan Gedung Agung diteruskan dan berhasil selesai pada tahun 1832. Sayangnya, di tanggal 10 Juni 1867 gempa besar mengguncang Yogyakarta dan menyebabkan kerusakan parah pada beberapa bagian Gedung Agung sebelum akhirnya dipugar kembali di tahun 1869.
Pada tanggal 19 Desember 1927, status administratif Yogyakarta yang semula karesidenan ditingkatkan menjadi provinsi dengan gubernur sebagai pemimpin tertinggi. Gedung Agung pun menjadi rumah dinas para gubernur Belanda di Yogyakarta dan berubah julukan menjadi Gurbernuran atau Loji Gubernur.
Pada tanggal 19 Desember 1927, status administratif Yogyakarta yang semula karesidenan ditingkatkan menjadi provinsi dengan gubernur sebagai pemimpin tertinggi. Gedung Agung pun menjadi rumah dinas para gubernur Belanda di Yogyakarta dan berubah julukan menjadi Gurbernuran atau Loji Gubernur.
Setelah Belanda pergi datanglah Jepang. Gedung Agung digunakan sebagai kediaman petinggi Jepang dengan sebutan Kooch Zimmukyoku Tyookan. Baru setelah Jepang meninggalkan Yogyakarta pada tanggal 29 Oktober 1945, gedung ini digunakan untuk Kantor Komite Nasional Indonesia.
Gedung Agung menjadi sangat penting bagi sejarah kemerdekaan Bangsa Indonesia saat Belanda kembali dan melakukan agresi militer pada Januari 1946. Demi kelangsungan kedaulatan negara, Ibukota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta pun melanjutkan pemerintahan dari Yogyakarta dengan Gedung Agung sebagai gedung pemerintahan, sekaligus tempat tinggal Presiden Soekarno dan keluarganya.
Kompleks Bangunan Gedung Agung
Gedung Agung berdiri di atas lahan seluas 43.585 m² dengan mengadopsi gaya Indische Empire pada abad ke 17-18. Saat memasuki pintu gerbang utama kita akan disambut oleh Dwarapala, patung raksasa penjaga pintu setinggi 2 meter, dan Tugu Dagoba setinggi 3,5 meter yang terbuat dari batu andesit.
Di bagian depan tengah Gedung Agung terdapat Ruang Garuda, ruangan resmi untuk menerima tamu-tamu kenegaraan dan acara resmi seperti pelantikan gubernur DIY. Ruangan ini memiliki ukuran yang besar setinggi tujuh meter dengan tiga rangkaian lampu kandelier bertingkat. Di dindingnya tergantung foto Presiden Republik Indonesia mulai dari yang pertama sampai yang terakhir menjabat. Dan di setiap cekukan dinding tergantung empat buah cermin tua. Di Ruang Garuda pengunjung tidak boleh masuk apalagi mengambil foto, tapi masih dibolehkan melihat dari pintu.
Di depan Ruang Garuda, menunggu briefing sebelum diizinkan masuk |
Di bagian kanan Ruang Garuda terdapat Ruang Soedirman. Dinamakan demikian untuk mengenang perjuangan Panglima Besar Soedirman. Di ruangan inilah Soedirman meminta izin kepada Presiden Soekarno untuk memulai perang gerilya saat Belanda melancar agresi militer II.
Sementara di sebelah kiri Ruang Garuda adalah Ruang Diponegoro sebagai penghormatan atas jasa beliau saat melawan Belanda. Ingat cerita saya tentang Perang Diponegoro dan pembangunan Gedung Agung kan? Di dalam ruangan ini tersimpan lukisan Pangeran Diponegoro dengan kuda putihnya karya Basuki Abdullah.
Yang membuat kami kagum kemarin adalah ruang makannya yang sangat luas, katanya sih ruang makan ini memang ruangan terluas di Gedung Agung. Ruang makan ini biasa dipakai sebagai ruang jamuan dan pertunjukan kesenian saat ada tamu negara yang datang.
Kamar tidur Presiden dan keluarga terletak di sisi selatan gedung utama. Sementara sisi utara dikhususkan sebagai ruang tidur wakil presiden dan tamu-tamu agung kenegaraan.
Kamar tidur Presiden dan keluarga terletak di sisi selatan gedung utama. Sementara sisi utara dikhususkan sebagai ruang tidur wakil presiden dan tamu-tamu agung kenegaraan.
Setelah keluar dari gedung utama, kami diajak memasuki Gedung Seni Sono atau Museum Istana Yogyakarta yang terletak di sebelah selatan Gedung Agung. Gedung Seni Sono adalah tempat untuk menyimpan koleksi seni dan cinderamata pemberian tamu negara yang pernah berkunjung. Di sini juga terpampang banyak lukisan dari pelukis Indonesia terkenal sejak jaman dahulu. Presiden Soekarno memang terkenal sebagai orang yang sangat menyukai karya seni terutama lukisan.
Di depan Gedung Seni Sono |
Selain cinderamata dan lukisan, Gedung Agung juga memiliki kurang lebih 50 arca batu kuno yang pernah ditemukan di sekitar Yogyakarta. Arca-arca ini dikumpulkan oleh para Residen Belanda dan sebelumnya disimpan di dalam Benteng Vredeburg. Agar lebih terawat, arca-arca tersebut dipindahkan ke halaman belakang Istana.
Tata Cara Berkunjung Ke Gedung Agung
Saya baru tahu kalau ternyata Gedung Agung dibuka untuk umum, artinya siapapun boleh berkunjung, tapi tentu saja atas seizin petugas protokol istana. Yailaah tau gitu dari kemarin-kemarin udah ke sini yaa..
Kemarin, setelah mendaftarkan diri ke pendamping rombongan Omah Parenting kami diminta menyimpan tas di loker yang sudah disediakan di pos jaga, jangan khawatir soal keamanannya yaa.. wong naruhnya aja di pos jaga yha sudah pasti ada yang jaga :)
Jadwal berkunjung Gedung Agung adalah hari senin-kamis pukul 08.00–14.00 WIB. Kita wajib berpakaian rapih dan bersepatu tertutup. Sebaiknya sih memakai baju batik. Untuk rombongan kecil seperti keluarga, bisa langsung datang dan melapor ke pos jaga, nanti akan diminta mengisi buku tamu dan meninggalkan identitas. Kalau rombongan besar seperti komunitas atau sekolah, akan diminta mengajukan surat permohonan terlebih dulu. Tidak ada biaya yang dikenakan untuk kunjungan ke Gedung Agung ini ya.
Keluarga Besar Omah Parenting mailafff.. Terima kasih atas keseruannya yaa :) Photo by: Omah Parenting |
rekomen lagi nih buat rekreasi ke jogja, aku waktu ke jogja belum menjelajah kemana2, kayaknya ke residenan ini seru juga yaa
BalasHapusDan tiba-tiba teringat, fotoku di Gedung Agung, mana mbakYo? Hihi
BalasHapusWaaah pengen banget berkunjung kesini karena napak tilasnya pangeran Diponegoro <3
BalasHapusHoh Ujame baru tau tenyata emang bisa dikunjungi ya istanya nya? Tapi harus lapor dulu gitu ya di pos?
BalasHapuswaktu ke jogja sempat mau kesini tapi karena jam kunjungnya terbatas banget ya
BalasHapusdan itu juga pakainnya harus rapi sementara kita yang holiday an pakenya kaosan aja
next time ke jogja seru nih mampir sini
Jadi list yang harus dikunjungi nih kalau ke jogja 😍
BalasHapustadi kirain cuma jalan-jalan sendiri ternyata rombonga, seru nih kak. Gedungnya skrg gak ditempati pemerintah yah kak?
BalasHapusntw mw tambah ah di list wish destination, kayaknya bakal seru deh, saya suka mengunjungi tempat-tempat sejarah
PAs ke JOgja aku belum sempat mampir ke sini. Tapi kayaknya aku bakalan nyoba deh. Tapis eru juga ya jalan rame rame
BalasHapusYaaaa ... hanya Senin s/d Kamis ya, Mbak. Coba bisa di akhir pekan, ya. Kan, biasanya wisatawan banyak di akhir pekan. Menarik lho ini tempatnya
BalasHapusLah saban ke yogya cuman mampu liatin dari jauh ternyata dibuka buat umum haha, nyesel ih, besok kalau berkunjung ke yogya wajib nih
BalasHapusaku belum pernah masuk ke sana. palingan cuma foto di luar pagarnya aja. untuk bisa masuk kesana caranya gimana mba.
BalasHapusBaca2 ttg ini saya jd kangen banget dengan suasana jogja yv memang ngangenin...
BalasHapusKompaknyaa...
BalasHapusKomunitas Omah Parenting ini hanya ada di Jogja kah, mba Yoan?
Seseruan bareng kaya gini...umm, bikin semua bahagiaa~
Duuh sayang kemarin ga bisa gabung. Padahal anak-anak pengen banget bisa masuk Gedung Agung. Next time deh
BalasHapusSeru banget mbak wisata sejarah yang ada nilai sejarahnya...
BalasHapusWah ternyata Gedung Agung bisa jadi destinasi kunjungan wisatawan ya. Noted, kapam-kapan kalo ke Jogja harus main kesini. Siapin baju batik jugak deh
BalasHapusAku kalau lihat gedung seperti ini jd ingat impian ku buat bikin foto prawed disitu hahaha. Tp kirain ga ada yg boleh masuk. Tau gitu sekarang kita targetkan bikin foto post wed wkkwk
BalasHapusIni tuh yang pagar depannya sering dibuat foto-foto orang nggak sih? Aku beberapa kali ke Jogja seperti nggak asing bangun ini, Mbak. Kupikir dulu ya nggak boleh dimasuki orang luar. Ternyata malah tertata rapi dan boleh digunakan untuk wisata, edukasi pula.
BalasHapusSeru ya mba aku juga pengen ke Yogya nih klo liburan semoga bisa juga berkunjung kesini :)
BalasHapusBisa banget ini jadi wishlist wisata sejarah utk keluarga. Komunitas juga kayaknya perlu ke sini biar tahu aura perjuangan jaman dulu ada
BalasHapusPantes ya bangunannya gak terlalu Jawa. Aku juga seneng kalau wisata sama anak2. Bisa mengenalkan banyak hal pada mereka
BalasHapusWah tau gitu kemarin aku ke Gedung Agung, gak ada biaya masuknya. Kemarin ke keraton ada biaya masuknya hehe
BalasHapusaku belum pernah ke sini nih pas liburan ke yogya beberapa kali. harus berombongan atau bisa lepasan sih buat masuk?
BalasHapuswah.. gratis ya ternyata. di banyak tempat di yogya biasanya bayar. mungkin karena ini dibiayai oleh negara kali ya bukan swasta
BalasHapusMaaukan ke data list ah nanti kalo kesana harus mampir sama anak-anak untuk mengenal sejarahnya. Decara didekolah sudah tidak ada pelajaran sejarah lagi
BalasHapusanak-anaknya Mbak pada pintar yaaa, dengan sejarah pun mereka nampaknya antusias gitu yah. kereeenn :)
BalasHapuseiitss, jadi penasaran deh pengen lihat isi Gedung Agung ini juga :)
Hi Mak, TFS banget....tiap ke jogja pengen banget masuk sini kirain agak susah kayak di Istana Merdeka ternyata lebih mudah ya...semoga ada rezeki ke Jogja lagi dan bisa mampir ke Gedung Agung ^^
BalasHapusWisata asyik dengan keluarga dan juga tamai-ramai yaaa mba.. yang pasti aku belum pernah mampir ke sini
BalasHapusBeberapa kali blogwalking hari ini aku menemukan artikel tentang Jogja terus nih, jadi aku tinggal nyusun itinerary aja dan cuss langsung cari tiket murah
BalasHapustempatnya bersih banget yaa, Mba. Gak ada sampah satu pun yang tercecer di sini. Keren!
BalasHapuskalo ke Jogja, wajib banget nih mampir ke sini :)
Mbak Yoanna itu mirip temanku namanya septi hehe. Sejak aku pertama buka blog ini, kok kayak familiar sama wajah mbak.
BalasHapusEh? Selama beberapa bulan tinggal di yogya aku nggak tau ada gedung ini. Awalnya kukira itu istana presiden di kebun raya bogor atau jakarta (pas liat fotonya doang). Lha ternyata deket malioboro. Bagus tuh kalo sama anak-anak. Memebiasakan mereka belajar sejarah juga jadinya. Meskipun di masa depan, mereka ya belum tentu inget haha.
Wah ini gedungnya boleh dikunjungi umum ya Mbak? Aku belum pernah ke sana. Waktu ke Jogja pun rasa2nya belum pernah direkomendasiin sama adik2 iparku. Next aku mau ajak anak2 ke situ kali ya, biar tau sejarah juga. Thank's Mbak Yo untuk sharing-nya.
BalasHapusAku kok belum pernah ke sini yaaa... bolak balik ke Yogya kok belum pernah mengunjungi Gedung Agung. Kapan2 ditemani doong ke sana kalau pas aku dolan Yogya ;)
BalasHapusJalan-jalan yang menambah pengetahuan. keren mba
BalasHapusIyaaa seru banget nih bisa berkunjung ke bangunan bersejarah di Indonesia. Next kita bertualang lagi yaaa....
BalasHapusMauuuu... aku ikut kemana aja wis :)
Hapuswah baru tahu kalau bisa untuk umum lho.... gegara baca artikel ini, lengkap lagi informasinya. Senang baca pertualangannya
BalasHapus