Menjelajah Mini Karimunjawa di Grand Maerakaca

"Aku mau ke kudus hari Minggu, mau ikut sampai Semarang nggak? Nanti Bunda jalan sendiri sama anak-anak."

Begitu isi chat suami di hari sabtu siang. Apaan deh ini, ngajak ke Semarang kok kayak goreng tahu, dadakan. Tapi alih-alih ngedumel karena dadakannya itu, saya malah jawab,

"Terus di sana nanti aku kemana? Naik apa?"

"Aku ke Kudus bareng temenku. Bawa aja mobilnya, terus gugel tempat bagus di Semarang."

"Asiik, iya mau, berangkat jam berapa?"

Dan dengan modal nekad, akhirnya kami berhasil menjelajah kota Semarang bertiga saja. Tapi karena saya benar-benar buta Semarang, mobil saya tinggal di Paragon Mall lalu kami lanjut pakai taksi online, heheeeh. Alhamdulillah anak-anak selalu kooperatif dan menikmati perjalanan meski masing-masing harus membawa tas berisi baju ganti, minum, dan camilan.

Siap keliling Semarang :)

Kami sempat berkeliling kota Semarang melewati Simpang Lima dan Lawang Sewu sebelum akhirnya memutuskan menghabiskan hari di Grand Maerakaca Taman Mini Jawa Tengah. Sengaja saya pilih tempat ini karena belum ada tempat wisata edukatif seperti ini di Jogja.

Grand Maerakaca Taman Mini Jawa Tengah

Grand Maerakaca, atau Grand Maerokoco, atau Puri Maerokoco (iyaah namanya banyak) adalah salah satu objek wisata yang berada di kawasan PRPP (Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan), nggak jauh dari Pantai Marina Semarang. Nama Maerakaca diambil dari salah satu bagian epos Mahabarata, tentang seorang Dewi di Khayangan yang ingin memiliki taman terindah berisi seluruh keindahan taman yang ada di muka bumi, dan diberi nama Taman Maerakaca.

Di sini kita bisa melihat berbagai miniatur landscape dan anjungan rumah daerah khas 35 kabupaten yang ada di propinsi Jawa Tengah, di dalam rumah-rumah itu terpajang hasil kerajinan dan industri yang diproduksi oleh masing–masing daerah. Mirip dengan Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta, hanya tempat ini terfokus pada propinsi Jawa Tengah saja.

Tertarik foto di sini karena ada tukang satenya :))

Nggak cuma memiliki 35 anjungan adat, di Grand Maerakaca juga terdapat miniatur landscape dan bangunan bersejarah yang populer di Jawa Tengah seperti Sungai Bengawan Solo, Candi Borobudur, Benteng Pendem, Masjid Menara Kudus, Masjid Agung Demak dan lain-lain. Selain itu, Grand Maerakaca juga dilengkapi banyak sarana rekreasi seperti area permainan anak, arena outbond, danau, becak air, pasar apung, gerai kuliner, dan hutan mangrove lengkap dengan jalur trackingnya.

Tracking Mangrove Grand Maerakaca

Jujur, saya dan anak-anak kurang tertarik menyusuri berbagai anjungan adat di sana karena kebanyakan malah dipakai pengunjung untuk leyeh-leyeh beristirahat, malah ada yang tidur nyenyak di miniatur Masjid Agung Demak, huhuhuu kan jadi nggak bisa pepotoan. Sempat kecewa juga, udah nih? cuma segini aja?

Tapi karena sudah di dalam, kami tetap melangkah menyusuri tiap anjungan hingga sampai ke bagian belakang dan melihat danau cantik dengan jembatan putih megah, hutan mangrove dan jalur tracking di sekelilingnya, yeaay.. Katanya sih, Danau, hutan mangrove, dan jalur track-nya ini dibuat menyerupai Pulau Karimunjawa. 

Danau dan tracking mangrove Grand Maerakaca

Di lokasi ini tersedia aneka bentuk becak air dan perahu dayung yang bisa disewa seharga Rp.10.000/orang. Karena saya nggak yakin bisa menjaga dua anak sekaligus kalau naik becak air, kami memilih menyusuri tracking mangrove dan makan di kafe yang ada di atas jembatan gantung putih di tengah danau.

Sebenarnya menu dan rasa makanan di kafe ini sangat standar. Es tehnya terlalu encer buat saya dan pisang goreng keju yang kami pesan muncul dalam warna gelap alias gosong, hahaaah. Tapi suasana romantis yang tersaji di sekitar  jembatan dan danau mampu membuat kami melupakan rasa makanan tadi. 

Ngemil sore di tengah jembatan

Kalau teman-teman perhatikan foto di atas, ada deretan angkringan yang berjajar di tepian danau, namanya Angkringan Kemambang, kalau kita pesan makanan di situ, penjualnya bersedia menghampiri pemesan dengan perahu lho, unik yaa :)

Bermain di dalam hutan mangrove

Perahu dayung yang mengitari kawasan mangrove

Grand Maerakaca buka setiap hari Senin sampai Minggu mulai pukul 08.00 hingga 18.00. Tiket masuknya Rp.10.000/orang. Lokasinya nggak terlalu jauh dari pusat kota kok, dari Tugu Muda Semarang cuma berjarak 5 km. 

Kemarin kami pakai taksi online dari Paragon Mall ke Grand Maerakaca kena tarif 21 ribu, dipotong voucher dan diskon jadi cuma 12 ribu, hohooo thank u Kak Nadiem :p

Buat teman-teman yang mau berlibur ke Semarang, selain Lawang Sewu, Kuil Sam Poo Kong, Vihara Watugong, dan Cimory, Grand Maerakaca ini boleh banget dijadikan alternatif tujuan wisata, nggak cuma ramah anak dan edukatif tapi juga seru juga buat kumpul bareng keluarga.