Sesuai janji saya saat menceritakan road trip kami ke Seruni Point Penanjakan Bromo kemarin, sekarang saya mau menjelaskan rute dan biaya menuju Seruni Point Bromo selama 2 hari 1 malam. Tapi yang akan saya jelaskan cuma biaya selama di Bromo, bukan estimasi biaya dari Jogja ke Bromo karena kami berputar dulu ke Batu, Malang sebelum mengunjungi Bromo.
Melihat asap yang keluar dari kawah Bromo dengan mata sendiri memang meninggalkan kesan yang luar biasa buat anak-anak, apalagi saat kami ke sana Gunung Bromo sedang mengalami erupsi 5 tahunan dan berstatus waspada, suasananya jadi lebih menantang dengan semburan asap yang kadang membumbung tinggi.
Nggak takut? Takut sih sebenarnya, heheeh. Tapi Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB-TNBTS) menyatakan Bromo masih aman dikunjungi dan tidak menutup aktivitas pariwisata di Gunung Bromo. BB-TNBTS merekomendasikan Laut Pasir (Pasir Berbisik), Bukit Penanjakan, Bukit Kedaluh, Bukit Cinta, Bukit Kingkong, serta Padang Sabana atau Bukit Teletubbies sebagai lokasi yang aman untuk menikmati keindahan Gunung Bromo.
Baca juga Puncak B29 dan Rindu Yang Tersimpan
Dari seluruh tempat yang dinyatakan aman itu, kami memilih Penanjakan 2 yang sering juga disebut Seruni Point. Dari sini kita bisa melihat gagahnya Gunung Bromo, Gunung Batok, dan Gunung Semeru.
Rute Menuju Seruni Point Bromo
Semula kami berencana dari Jogja langsung ke Bromo dulu, baru ke Batu, Malang. Tapi setelah ada berita erupsi Gunung Bromo, kami membalik rute. Ke Batu dulu, lalu ke Taman Safari Prigen, kemudian rumah mama di Lumajang. Selama itu juga kami terus memantau status Gunung Bromo dan kondisi Seruni Point.
Jadi kami menuju Seruni Point Bromo dari arah timur atau dari arah Banyuwangi. Rute yang kami pilih adalah Probolinggo - Jl. Raya Boto - Sukapura - Bromo. Kalau teman-teman dari arah Surabaya, teman-teman bisa lewat Tongas - Madakaripura - Bromo. Melihat waktu tempuh di Google Maps yang hanya 1,5 jam, kami memilih berangkat setelah makan siang supaya bisa sampai sebelum maghrib.
Rute ke Bromo melalui Jl. Raya Boto - Sukapura relatif sepi, kadang kami diajak melewati jalur sempit berbatu oleh GMaps, tapi setelah mulai menanjak dan berkelok-kelok jalannya justru bagus dan mulus.
Biaya dan Penginapan di Seruni Point Bromo
Kabut tebal mulai merayap turun menyentuh kaki perbukitan Tengger saat mobil kami memasuki Desa Ngadisari, sebuah desa yang termasuk dalam Kawasan Rawan Bencana Tiga (KRB 3) Gunung Penanjakan, di wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Sepertinya sore itu Bromo kembali mengeluarkan sedikit energinya, terlihat dari abu vulkanik yang mengguyur lembut mobil kami dan membuat warna hitamnya berubah jadi abu-abu. Meski demikian, tidak nampak kepanikan di penjuru desa, Beberapa warga justru berbincang hangat di depan rumah masing-masing sambil menutup rapat wajah mereka dengan sarung tipis.
Sekelompok anak muda menyapa ramah saat mobil kami melintas, satu orang mengejar dengan motornya menawarkan bantuan mencari penginapan, terpaksa kami tolak karena hari masih sore, kami masih ingin naik terus ke atas melihat suasana.
Mobil kami terus melaju mengikuti kelokan jalan hingga tiba di Kawasan Rawan Bencana Satu (KRB 1), di sini nyali saya mulai menciut karena abu semakin tebal, sudah jam 5 sore juga. Melihat navigatornya mengkeret suami memutuskan memutar haluan mencari hotel terdekat.
Kira-kira 5 kilometer sebelum pintu gerbang Seruni Point kami menemukan Hotel Oecik Tengger, bangunannya sederhana dan berkesan tua, tapi terlihat nyaman. Seorang pemuda dengan cepat menghampiri kami, "350 ribu perkamar mbak, ada air panasnya, sekamar isi 2 tempat tidur, kalau mbak sekeluarga cukup satu kamar saja."
Tiba-tiba kami ingat kalau nggak punya uang cash untuk bayar hotel. Saat di Batu dan Lumajang kemarin kami selalu mengandalkan aplikasi booking online, dan sekarang baru sadar kalau hotel di Bromo harus dibayar cash pakai uang betulan, bukan kartu debit apalagi saldo Gopay, hahahaah. Segera kami pamit pada mas-mas di depan kami, sekalian menanyakan lokasi ATM terdekat dan berjanji akan kembali lagi setelah ambil uang.
Dan sekali lagi semesta menunjukkan kemurahannya. Dari ATM kami kembali ke hotel yang sama, mas-mas yang tadi kembali menghampiri kami, iseng saya bertanya ulang, "satu kamar berapa, Mas?" Dan dia jawab, "200 ribu mbak, sudah ada air panasnya."
Lhooh??
Cuma ditinggal muter satu kali selama 10 menitan harganya langsung berkurang 150 ribu, tau gitu kami muter dua kali yaa huahahaah. Nggak pakai menawar lagi saya langsung setuju, penjaga hotel minta uang sewa dibayar duluan, saya malah senang, berarti harga nggak akan berubah. Alhamdulillaah..
Tampak depan kamar tempat kami menginap |
Begini enaknya mengunjungi Bromo sebelum musim liburan, selain suasananya lebih sepi, harga penginapan dan sewa jeep juga pasti lebih ramah di kantong. Mas Andri, mas-mas yang tadi menawarkan hotel pada kami ternyata juga menyewakan jeep. Setelah nego dengan suami sambil ngopi di warung depan hotel, kami setuju sewa jeep seharga 500 ribu untuk 3 tujuan: Seruni Point, Pasir Berbisik, dan Bukit Teletubbies. Tidak ada batas waktu, Mas Andri bersedia mengantar dan menunggu kami sampai jam berapapun.
Yang menyenangkan, di depan Hotel Oecik Tengger ada 2 warung makan milik warga desa, menu masakannya lengkap dengan citarasa kuliner khas Jawa Timur, ada rawon sapi, krengseng kambing, ayam bumbu bali, soto ayam lamongan, nasi bebek, dan nggak ketinggalan indomi rebus dan goreng. Harganya pun murah, 1 porsi rawon dengan 2 potong daging sapi dihargai 15 ribu, nasi goreng ayam telur dihargai 10 ribu. Baru sehari di sini kami sudah mencicipi semuanya :)))
Selesai mandi langsung menyerbu warung di depan hotel |
Melihat kami masih asyik wara-wiri dari kamar ke warung sampai larut malam, Mas Andri menyuruh kami tidur secepatnya, kayaknya beliau khawatir besok kami bakal terlambat bangun, karena untuk bisa menyapa matahari pagi Bromo dari Seruni Point kami harus berangkat jam 3.30 pagi. Mas Andri nggak tau, kami masih belum tidur karena super kedinginan, maklum yaa, biasa tinggal di Jogja yang mataharinya ada dua :))
Setelah drama tarik-tarikan selimut sampai jam 12 malam, akhirnya kami bisa tidur dengan posisi mirip kepompong, mlungker. Tapi kira-kira jam 2 pagi kami sudah terbangun setelah mendengar beberapa kali suara dentuman.
BUM! Saya dan suami terbangun dengan badan yang langsung tegak sambil berusaha mengerahkan semua indera untuk merasakan adanya getaran atau bunyi gemuruh, tapi tidak ada apa-apa, tidak terasa apa-apa, dan tidak ada bunyi apa-apa lagi. Kami memutuskan kembali tidur, masih ada waktu 1 jam sebelum mulai bersiap-siap naik Seruni Point.
BUM!
Dentuman keras kembali terdengar, kali ini diiringi getaran halus di kaca jendela kamar. Dada saya berdegup kencang, saya peluk anak-anak yang masih tidur pulas, suami dengan cepat melangkah keluar kamar untuk memeriksa situasi.
Ada apa?
Tunggu cerita selanjutnya minggu depan yaa, karena selain dentuman-dentuman misterius masih ada drama lain yang lebih seru selama kami di Seruni Point :)
Baca juga artikel sebelumnya Menyapa Matahari Pagi Bromo Dari Seruni Point
Di Bromo itu dingin ya mbak?
BalasHapusMbak, kalau ke seruni pont. mobilnya apa bisa naik sampai atas. apa harus sewa kendaraan ? terima kasih infonya
BalasHapusBetul mas, harus sewa jeep, biasanya sudah disediakan pihak penginapan. Jeep pun cuma bisa sampai bawah, untuk naik menuju tangga bisa jalan kaki atau sewa kuda. Nanti sampai ditangga, baru jalan kaki.
HapusHarga sewa jeep berapa kak ??
Hapus